Rabu, 18 Januari 2017

Konversi, Akronimisasi, Penyerapan



KONVERSI, AKRONIMISASI DAN PENYERAPAN
1.      Proses Konversi
Chaer, (2008:235) mengatakan konversi lazim juga disebut derivasi zero, transmutasi atau transposisi adalah proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkatagori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu.  
Kata cangkul dalam kalimat (1) adalah berkatagori nomina, tetapi pada kalimat (2) adalah berkatagori verba.
1.      Petani membawa cangkul kesawah.
2.      Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.

Penjelasan:
Dalam kalimat (1) yang bermodus deklaratif kata cangkul berkatagori nomina; sedangkan pada kalimat (2) yang bermodus imperative kata cangkul berkatagori verba. “sebuah nomina tanpa perubahan fisik menjadi sebuah verba, walaupun dalam modus kalimat yang berbeda”. Penyebabnya adalah kata cangkul, dan sejumlah kata lainnya disamping memiliki komponen. makna (+ bendaan) juga memiliki komponen makna (+ alat) dan(+tindakan). Komponen makna (+tindakan) inilah yang menyebabkan kata cangkul itu adalam kalimat interatif menjadi berkategori verbal. Hal ini berbeda dengan kata pisau yang memiliki komponen makna(+bendaan), (+alat) dan(- tindakan). Ketiadaan komponen makna (+tindakan) pada kata pisau itu tidak bisa digunakan sebagai verba dalam kalimat imperative.

Kunci              amplas
Kikir                sikat
Gergaji            pacul                Contoh kosa kata yang terbatas yang memiliki komponen makna
Rantai              kupas               (+tindakan)
Tutup               ketam             
Kail                 kapak
Pancing           serut
Silet                 borgol
Ada satu permasalahan lagi didalam berbagai buku pelajaran dan buku tata bahasa kata-kata nama warna seperti merah,hijau dan kuning.digolongkan berkategori ajektifa. Didalam kamus besar. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata-kata seperti merah, hijau dan kuning disebut mempunyai dua kategori yaitu ajektifa dan nomina karena secara empiris warna-warna itu dapat “diamati”. Hal ini menjadi indikator bahwa nama-nama warna itu berkate gori nomina.


2.      Akronimisasi
Chaer, (2008:236) akronimisasi adalah proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang di realisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim. Akronim adalah juga sebuah singkatan, namun yang”diperlakukan” sebagai sebuah kata atau sebuah butir leksikal. Misalnya kata pilkada yang berasal dari pemilihan kepala daerah, kata jabotabek yang berasal dari Jakarta bogor, Tangerang dan Bekasi dan kata Balita yang berasal dari bawah lima tahun.
·         Aturan atau kaidah pembentukan akronim “belum” ada aturan tertentu yang digunakan . namun, dari data yang terkumpul tampak ada cara-cara sebagai berikut;
Pertama, mengambil huruf-huruf (fonem-fonem) pertama dari kata-kata yang membentuk konsep itu. Contohnya:


IKIP    : institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
·                                                                  IDI            : Ikatan Dokter Indonesia
·                                                                  ABRI        :Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
·                                                                  AMPI       :Angkatan Muda Pembangunan Indonesia

 
 
                                                                  


Penjelasan:
Kata-kata seperti IKIP, IDI, ABRI, dan AMPI lazin diucapkan dan dituliskan sebagai sebuah kata berbeda dengan SMA (sekolah menengah atas) dan DPR (Dewan perwakilan rakyat), yang masih tetap dilafalkan dan dituliskan sebagai singkatan.
Kedua, pengambilan suku kata pertama dari semua kata yang membentuk konsep itu. Misalnya :


Rukan  : rumah kantor
Balita   : Bawah lima tahun
Orpol   : Organisasi politik
Moge   : Motor gede

 
 



Ketiga, pengambilan suku kata pertama ditambah dengan huruf pertama dari suku kata kedua dari setiap kata yang membentuk konsep itu. Misalnya :


Warteg     : warung tegal 
Depkes     : departemen kesehatan
Kalbar      : Kalimantan Barat
Puspen      : pusat penerangan

 
 




Juklak           : petunjuk pelaksanaan
Tilang           : bukti pelanggaran
Litbang         : penelitian dan pengembangan
Bintal            : pembinaan mental

 
Keempat, pengambilan suku kata yang dominain dari setiap kata yang mewadahi konsep itu. Misalnya:



Pilkada            :pemilihan kepala daerah
Organda          :organisasi angkutan darat
Kloter              :kelompok terbang

 
Kelima, pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tidak beraturan, namun masih dengan memperhatikan ”keindahan” bunyi. Misalnya:


Keenam, pengambilan unsur – unsur kata yang mewadahi konsep itu, tetapi sukar disebutkan  keteraturannya termasuk di seni. Misalnya:


Sinetron           : sinema elektronik
*      Insert               : informasi selebritis
*      Satpam            : satuan pengamanan


 
 



Kata-kata yang dibentuk sebagai hasil proses akronimisasi ini terdapat dalam semua bidang kegiatan dan keilmuan, seperti kepolosian, kemiliteran, pendidikan, olahraga, ekonomomian, dan sebagainya. Biasanya akronim itu hanya dipahami oleh mereka yang berkecimpung dalam bidang kegiatan tertentu itu. Misalnya, dalam salah satu instansi depdiknas ada akronim dupak (daftar usulan perhitungan angka kredit), yang hanya dipahami oleh orang- orang instansi tersebut.
Namun, tidak sedikit akronim bahasa Indonesia yang telah menjadi kosakata umum, seperti muntaber, wagub. Pemda, lemhanas, hansip, dirjen, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993) akronim yang telah menjadi kosakata umum ini didaftarkan sebagai singkatan Chaer, (2008:239).
3.      Penyerapan
Penyerapan adalah proses pengambilan kosakata dari bahasa asing, baik bahasa Eropa (Belanda, Inggris, Arab,Portugis, dan sebagainya), maupun bahasa asing Asia (seperti bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa Sansekerta, bahasa Cina, dan lain sebagainya). Termasuk dari bahasa – bahasa Nusantara ( seperti bahasa Jawa, Sunda, Minang, Bali, dan sebagainya) Chaer, (2008:239). Didalam sejarahnya penyerapan kosakata asing berlangsung secara audial, artinya melalui pendengaran. Contohnya seperti orang asing mengucapkan kosakata asing, lalu orang Indonesia menirukan nya sesui dengan apa yang didengarnya. Karena system Fonologi bahasa asing itu berbeda dengan system Fonologi bahasa yang dimiliki orang Indonesia, maka bunyi uajaran bahasa asing ditiru menurut kemampuan lidah melafalkannya. Begitulah kata bahasa Belanda dome krack dilafalkan menjandi dongkrak, kata bahasa Sansekerta uttpatti dilafalkan menjadi upeti, kata bahasa Arab mudharat dilafalkan menjadi melarat, dan kata bahasa Portugis almari dilafalkan menjadi lemari.
Sejak terbit buku Pedoman Pembentukan Istilah dan buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, penyerapan kata – kata asing harus dilakuakan secara visual. Artinya berdasarkan apa yangdilihat didalam tulisan. Intinya dari pedoman pembentukan istilah itu adalah:
1)      Kata-kata yang sudah diserap dan lazim digunakan sebelum buku pedoman ini terbit, tidak perlu diubah ejaanya. Misalnya kata – kata kabar, sirsak, telepon, iklan, perlu, bengkel, hadir, dan badan.
2)      penyerapan dilakukan secara utuh. Misalnya kata standarisasi, efektifitas, objektifitas, dan implementasi diserap secara utuh disamping kata standar, efektif, objektif, dan implement.
3)      huruf –huruf asing pada awal harus disesuaikan sebagai berikut:
Au tetap au
Contoh:
·         audiogram tetap audiogram
·         autotroph tetap autotrof
·         hydraulic tetap hidraulik
E dimuka a, u, o dan konsonan menjadi k
Contoh:
·         calomel menjadi kalomel
·         cubic menjadi kubik
·         crystal menjadi Kristal
C dimuka e, l, oe, dan y menjadi s
Contoh:
·         central menjadi sentral
·         ceelom menjadi selom
·         cylinder menjadi silinder
Cc dimuka o, u  dan konsonan menjadi k
Contoh:
·         accommodation menjadi akomodasi
·         acculturation menjadi akulturasi
·         acclamation menjadi aklamasi
Cc dimuka e dan I menjadi ks
Contoh:
·         accent menjadi aksen
·         vaccine menjadi vaksin
Cch dan ch dimuka a, o dan konsonan menjadi k
Contoh:
·         Saccharin menjadi sakarin
·         Charisma menjadi karisma
·         Cholera menjadi kolera
Ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
Contoh:
·         Echelon menjadi eselon
·         Machine menjadi mesin
Ch yang lafalnya c menjadi c
Contoh:
·         Check menjadi cek
·         China menjadi cina
E tetap e
Contoh:
·         Effect tetap efek
·         Description tetap deskripsi
Ea tetap ea
Contoh:
·         Idealist tetap idealis
·         Habeas tetap habeas
4) huruf pada akhir kata harus disesuaikan sebagai berikut:
-age menjadi –ase

Contoh:
·         Percentage menjadi persentase
·         Etalage menjadi etalase
-aal, -eel menjadi –al

Contoh:
·         Structural, structureel menjadi struktural
·         Formal, formeel menjadi formal
·         Normal menjadi normal
-ant menjadi –an

Contoh:
·         Accountant menjadi akuntan
·         Informant menjadi informan
-archy, -archie, menjadi – arki

Contoh:
·         Anarchy, anarchie menjadi anarki
·         Aligarchy, aligarchie menjadi aligarki

-(a)tion,-(a)tie menjasi –asi, -si

Contoh:
·         Action, actie menjadi aksi
·         Publication, publicate menjadi publikasi

-ic,-isch menjadi – ik

Contoh:
·         Electronic, elektronisch menjadi elektronik
·         Mechanic, mechanisch menjadi mekanik
·         Ballistic, ballistisch menjadi balistik

-ist menjadi –is

Contoh:
·         Egoist menjadi egoist
·         Publicist menjadi publisis

Dengan Catatan!
Penyerapan dari bahasa asing yang tidak menggunakan aksara Latin, seperti bahasa Arab, Rusia, dan Cina tentu harus ditransliterasi atau ditranskripsi dulu kedalam huruf Latin.
Penyerapan dari bahasa – bahasa Nusantara haru disesuaikan dengan ejaan dan lafal bahasa Indonesia.