Rabu, 18 Januari 2017

Morfofonemik



Morfofonemik
Morfofonemik ialah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau peubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Ada juga pengertian Morfofonemik menurut para ahli, yaitu:
Sumadi (2010:140) berpendapat bahwa morfofonemik ialah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dan morfem yang lain. Zainal Arifin (2007:8) berpendapat bahwa proses morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan. Abdul Chaer (2007:194) mengemukakan bahwa morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Kridalaksana (2007:183) berpendapat bahwa morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi.  Ramlan (dalam Tarigan, 1995:27) mengemukakan bahwa morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem satu dengan morfem lain. Heatherington (dalam Tarigan, 1995:27) morfofonemik, atau yang biasa disebut dengan morfofonologi  adalah ilmu yang menelaah morfofonem. Morfofonologi adalah telaah umum mengenai bidang kebersamaan antara bunyi dan bentuk kata. Dalam morfofonologi kita tidak menelaah bunyi tunggal beserta varian-variannya saja, tetapi justru menelaah bunyi-bunyi rangkap beserta varian-variannya. Nelson Francis (1958) mengatakan bahwa morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf sebagai akibat pengelompokan menjadi kata.  Prawirasumantri (1986:37) memberikan contoh untuk memperjelas bidang garapan morfofonemik yakni dengan pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menjadi belajar.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan bunyi yang diakibatkan oleh adanya pengelompokan morfem.
1)      Jenis perubahan
Dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses morfologi. Menurut buku Abdul Chaer (2007) Diantaranya adalah proses pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem, pergeseran fonem.
1.      Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi)alam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Contoh : dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan memunculkan bunyi sengau (m) yang awalnya tidak ada.  Dan sufiks –an akan muncul bunyi semi vocal (y).
Me + baca = Baca
Hari + an = Hariyan
2.      Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Contohnya : dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang, maka bunyi (r) yang ada pada prefiks ber- dilesapkan. Juga dalam proses pengimbuhan “akhiran” wan pada dasar sejarah, maka fonem (h) pada dasar sejarah itu dilesapkan ada juga pada “akhiran” –nda pada dasar anak maka fonem (k) akan dihilangkan
Ber + renang = berenang
Sejarah + wan = sejarawan
Anak + nda = ananda
3.      Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Misalnya dengan pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/dan proses pengimbuhan prefiks /pe/. Contohnya :
Me – sikat = menyikat
Pe + sikat = penyikat
4.      Perubahan fonem,yaitu berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Contohnya dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi dimana fonem /r/ berubah jadi /l/.
Ber + ajar = belajar
Ter + anjur = terlanjur

Contoh bunyi nasal dalam bahasa jawa
Contoh bunyi nasal dalam bahasa betawi
Opo + ne = apane
Ape + an = apaan
Ape + in = apein
5.      Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata yang lainnya. Contohnya, dalam pengimbuhan sufiks –i pada dasar lompat terjadi pergeseran dimana fonem /t/ yang semula berada pada kata pat berada pada kata ti. Sebaliknya dengan kata jawab yang semula berada pada kata wab berpindah menjadi dan
Lompat + I = me.lom.pati
Ja.wab + an = ja.wa.ban

Menurut Harimurti Kridalaksana :
a.       pemunculan fonem
Proses morfofonemik yang paling banyak terjadi ialah pemunculan fonem. Fonem yang muncul itu sama tipenya (homorgan) dengan fonem awal dalam morfem dasar. Perubahan morfofonemik semacam itu menimbulkan alomorf-alomorf dari morfem yang bersangkutan. Contoh :
·         pemunculan bunyi luncur /y/ pada kata : ketinggiyan, tepi yan, penanti yang
·         pemunculan bunyi luncur /w/ pada kata : kepulau wan, serbu wan, pertoko wan
·         pemunculan /a/ pada penggabungan morfem dasar ayah dan prefiks anda :/ ayahanda/
·          pemunculan /n/ pada pertemuan morfem dasar diri dengan prefiks se-: /sendiri/
·          pemunculan /m/ pada pertemuan morfem dasar barang dengan prefiks se- : /sembarang/
·         pemunculan /m/ pada penggabungan morfem dasar yang diawali dengan /b/, /f/, dan /p/ yang bergabung dengan prefiks me-, pe-, dan pe-an : membeli, memperbarui, memfitnah, pemberian
·         pemunculan /n/ yang terjadi bila morfem dasar diawali oleh konsonan /t/ dan /d/ bergabung dengan /me-/,/pe-/,maupun /pe-an/,contoh: pendengar, mendapat, pendalaman.
·         pemunculan /n/ pada penggabungan morfem dasar yang diawali dengan /c/, dan /j/ yang bergabung dengan prefiks me-, pe-, dan pe-an : mencari, pencuri, pencarian
·          pemunculan /ng/ pada penggabungan morfem dasar yang diawali dengan /g/, /x/, dan /h/ yang bergabung dengan prefiks me-, pe-, dan pe-an : mengkoordinir, penggugat, pengkhususan, penghapus
b.      pengekalan fonem
Proses pengekalan fonem terjadi bila proses penggabungan morfem tidak terjadi apa-apa, baik pada morfem dasar maupun afiks. Morfem dasar dan morfem terikat itu dikekalkan dalam bentuk baru yang lebih konkret.
·         pengekalan fonem terjadi pada morfem dasar /y/, /r/, /l/, /w/, atau nasal bergabung dengan /me-/, /pe-/, contoh : meyakinkan, peramal, pelempar, pewarna
·         pengekalan fonem terjadi bila morfem dasar yang berakhir dengan /a/ bergabung dengan konsonan ke-an, contoh : kerajaan, keadaan, kelamaan.
·         Pengekalan fonem terjadi bila afiks ber-, per-, atau ter- bergabung dengan kecuali ajar, anjur, atau yang diwakili konsonan /r/ atau suku kata pertamanya berakhir mengandung /r/ contohnya : bermain, tersalip, pertanda
·         Pengekalan fonem terjadi bila afiks se- bergabung dengan morfem dasar, contohnya : searah, seumur, sebutir
·          Pengekalan fonem terjadi bila afiks –man, -wan, dan –wati bergabung dengan morfem dasar,contohnya:seniman,peragawati,wartawan

b.      pemunculan dan pengekalan fonem
Pemunculan dan pengekalan fonem ialah proses pemunculan fonem yang homorgan dengan fonem pertama morf dasar dan sekaligus pengekalan fonem pertama morf dasar tersebut.
·         pemunculan /ng/ dan pengekalan /k/ contohnya : mengkukur, pengkaji
·         pemunculan /ng/ dan pengekalan /’/ contohnya : mengarang, pengukur

c.       pergeseran fonem
Pergeseran posisi fonem terjadi bila komponen dari morfem dasar dan bagian dari afiks membentuk satu suku kata. Pergeseran ini dapat terjadi ke depan, ke belakang, atau dengan pemecahan.
v  per-ba-i-ki  pergeseran ke belakang : /baik/ + /per-i/.  ke-ba-ka-ranà/bakar/ + /ke-an/
v   peregeseran    kedepan:/ibu/+/-nda/i-bun-da
 ge-lem-bung
v  pemecahan suku kata : /gembung/ + /-l-/ . /gigi/ + /-r-/  gerigi

d.      perubahan dan pergeseran fonem
Perubahan dan pergesaran posisi fonem terjadi pada proses penggabungan morfem dasar yang berakhir dengan konsonan dengan afiks yang berawal dengan vokal.
v  perubahan dari fonem /’/ menjadi fonem /k/. Contohnya : /me-i/ + /nai’/ me-na-i-ki,
/ke-an/ + /dudu’/ ke-du-du-kan
v  perubahan dari fonem /r/ menjadi fonem /l/ pada afiks ber-, per-, dan per-an. Contohnya : /ber-/+/’ajar/be-la-jar/per-/+/’ajar/pe-la-jar/per-an/ + /’ajar/  pe-la-ja-ran

e.       pelesapan fonem
Proses pelesapan fonem terjadi bila morfem dasar atau afiks melesap pada saat terjadi penggabungan morfem.
v  pelesapan fonem /k/ atau /h/ terjadi bila morfem dasar yang berakhir pada konsonan tersebut bergabung dengan sufiks yang berasal dari konsonan juga.
Contoh : /’anak/ + /-nda =  ananda. sejarah/ + /wan = sejarawan

f.        peluluhan fonem
Proses peluluhan fonem terjadi bila proses penggabungan morfem dasar dengan afiks membentuk fonem baru.
v  peluluhan fonem awal /k/ bila morfem dasar tersebut bergabung digabung dengan afiks /me-/,/me-kan/,/me-i/,/pe-/,dan/pe-an/.Contoh:/me-/+/karang/mengarang. Mengirimkan /me-kan/+/kirim/.mengurangi/me-i/+/kurang/pengarang/pe-/+/karang/pengurangan/pe-an/ + kurang/
v  peluluhan fonem awal /p/ bila morfem dasar tersebut bergabung dengan afiks /me-/, /me-kan/,/me-i/,/pe-/,dan/pe-an/memilihContohnya:/me-/+/pilih/ memikirkan/me-kan/ + /piker/memerangi/me-i/+/perang/ pemahat/pe-/+/pahat/  pemutihan/pe-an/ + /putih/
v  peluluhan fonem /s/ terjadi pada penggabungan dengan afiks /me-/, /me-kan/, /me-i/, /pe-/,dan/pe-an/Contohnya : /me-/ + /sayur/  menyayur. (menyaksikan/me-kan/ + /saksi/)
 menyakiti/me-i/+/sakit/penyusun/pe-/+/susun/ penyaluran
/pe-an/ + /salur/ 

g.      penyisipan fonem secara historis
Penyisipan terjadi bila morfem dasar yang berasal dari bahasa asing diberi afiks yang berasal dari  bahasa            asing.MorffoneContoh:/standar/+/-isasi/satndardisasi
/objek/+if/objektif/impir/ + /ir/  importer
h.      pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing
Pemunculan fonem akibat dari mengikuti pola morfofonemik bahasa asing.
i.        variasi fonem bahasa sumber
Variasi fonem ini mengikuti pola bahasa sumber dan memiliki makna sama dengan bahasa sumber.

2)      Morfofonemik pembentukan kata bahasa Indonesia
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi hampir tidak ada. Dalam proses afiksasi pun hanya dalam prefiksasi ber-, prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfeksasi pe-an, konfiksasi per-an. Dan sufiksasi –an.
·         Prefiksasi ber-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa: pelesapan fonem /r/ pada ber- itu, perubahan fonme /r/ pada ber- itu menjadi fonem /l/, pengekalan fonem /r/ yang terdapat prefiks ber- itu.
Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk atau dasarnya berbunyi /er/
Ber + renang = berenang
Ber + ragam = beragam
Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/
Ber + ajar = Belajar
Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk utamanya bukan yang ada pada a dan b.
Ber + obat = berobat
Ber + korban = berkorban

·         Prefiksasi me-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan  dapat berupa pengekalan fonem,penambahan fonem.
Pengekalan fonem disini artinya tidak ada yang dilepaskan apabila bentuk dasarnya diawali dengan r,l,w,y,m,n,ng,ny
Me + rawat = rawat
Penambahan fonem yakni penambahan fonem nasal m,n,ng,nge. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/, /f/.
Me + baca = membaca
Me + fitnah = memfitnah

·         Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfiks pe-an sama dengan morfofonemik yang terjadi dalam prosespengimbuhan dengan me- yaitu pengekalan fonem, penambahan fonem, peluluhan fonem.
Pengekalan fonem artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan r,l,y,m,n,ny
Pe + latih                pelatih
                               
                             pelatihan
Penambahan fonem yaitu penambahan fonem nasal m,n,ng,nge dapat terjadi bila dasarnya diawali konsonan /b/
Pe + baca              Pembaca
                       
                              Pembacaan 
Peluluhan fonem apabila prefiks pe- diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali oleh konsonan bersuara /s,k,p,t/. dalam hal ini /s diluluhkan dengan nasal /ny.
Pe + saring      Penyaring                  

                                penyaringan

·         Prefiksasi per- dan per –an
Morfofonemik dalam pengimbuhan prefiks per- dan konfiks per-an dapat berupa pelesapan fonem /r/ pada kata itu, perubahan fonem /r/ menjadi fonem /l/, pengekalan fonem r/ mrnjadi /r/.
Pengekalan fonem artinya tidak ada perubahan fonem
Pe + latih               Pelatih

                              Petahihan
Penambahan fonem yakni penmbahan foenm nasal m,n,ng,nge antara prefiks dan bentuk dasar. Contahnya fonem nasal  /m/ diawali konsonan /b/
Pe + baca              Pembaca

                              Pembacaan
Peluluhan fonem apabila prefiks pe- diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s,k,p,t. contoh konsonan /s diluluhkan nasal /ny
Pe + saring              Penyaring

                                 Pengepelan
                                 

·         Sufiksasi –an
Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks –an dapat berupa pemunculan fonem, pergeseran fonem.
Pemunculan fonem. Pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran /u/
Pandu + an = panduwan
Pergeseran fonem, terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar berakhiran dengan konsonan .
Jawab + an = ja. Wa. Ban

·         Prefiksasi ter-
Morfofonemik dslsm proses pengimbuhan ter- berupa pelesapan fonem.
Pelesapan fonem dapat terjadi bila prefiks ter- diimbuhkan pada dasar yang dimulai dengan konsonan /r/
Ter + rasa = terasa


3)      Bentuk nasal dan tak bernasal
Nasal adalah bersangkutan dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mungeluarkan udara melalui hidung, yaitu m,n,ng dan ny. Hadir dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan kata bahasa Indonesia sangat erat kaitannya dengan tiga hal, yakni : pertama, tipe verba yang “menurunkan” bentuk kata itu; kedua, upaya pembentukan kata sebagai istilah; ketiga, upaya pemberian makna tertentu.
§  Kaitan dengan tipe verba
Dalam bahasa Indonesia ada empat macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses nasalisasi. Keempat verba itu adalah (a) verba berprefiks me- (termasuk verba me-kan, dan me-i), (b) verba berprefiks me- dengan pangkal per-, per-kan, dan per-l), (c) verba berprefiks ber-, dan (d) verba dasar (tanpa afiks apapun).
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan nomina pe- dan pe-an) yang diturunkannya adalah sebagai berikut :
Kata
Contoh
1)      Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / l, r, w, y, m, n, ny, atau ng/.
Meloncat, peloncat, peloncatan
Merawat, perawat, perawatan
2)      Akan muncul nasal /m/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/.
Membina, pembina, pembinaan.
Memilih, pemillih, pemilihan
3)      Akan muncul nasal /n/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/.
Mendengar, pendengar, pendengaran. Mendapat, pendapat, pendapatan
4)      Akan muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai denga fonem /s, c, dan j/.
Menyambut, penyambut, penyambutan. Menyakiti, penyakit, penyakitan
5)      Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h, kh, a, i, u, e, atau o/.
Mengirim, pengirim, pengiriman.
Menggali, penggali, penggalian
6)      Akan muncul nasal /nge-/ apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku.
Mengetik, pengetik, pengetikan.  
Mengelas, pengelas, pengelasan
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- yang bentuk dasarnya berupa pangkal berafiks per-, per-kan, dan per-l (dengan nomina bentuk pe- dan pe-an yang diturunkannya) adalah sebagai berikut.
1)       Fonem /p/ sebagai fonem awal pada dasar yang berupa pangkal per-, per-kan, atau per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me-, karena fonem /p/ itu adalah sebagian dari prefiks ­pe- yang menjadi dasar pembentukan.
me + perpendek = memperpendek.
2)       Nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper bersifat potensial, dan nomina hal/proses bersifat aktual menggunakan bentuk per-an.
memperpendek = perpendekan.
3)       Nomina pelaku yang diturunkandari verba memper-kan dan memper-l adalah bentuk pemer-; ada yang aktual ada yang masih potensial.
mempersatukan =  pemersatu.
4)       Nomina hal/proses yang diturunkan dari verba memper-kan atau memper-l berbentuk pemer-an.
mempertahankan = pemertahanan.
Pembentukan nomina pelaku berprefiks pe- dan nomina hal yang berkonfiks per-an tidak memunculkan bunyi nasal kita. Contoh:
Bekerja  pekerja  pekerjaan
Bertani  petani  pertanian

§  Kaitan dengan upaya pembentukan istilah
Dalam peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan menyatakan profesi. Kemudian berdasarkan bentuk petinju dibuatlah istilah-istilah dalam bidang olahraga seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis), peterjun (payung) (bukan penerjun payung), pegolf (bukan penggolf). Jika dilihat bentuk-bentuk tersebut sebenarnya menurut kaidah penasalan haruslah bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara analogi tidak diberi nasal. 
§  Kaitan dengan upaya semantik
Untuk memberi makna tertentu, bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya, bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan bentuk mengkaji yang berarti ‘membaca Alquran’. Contoh yang lain: penjabat  pejabat, penglepasan  pelepasan.
Sementara itu, tanpa perbedaan semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa pelluluhan lazim digunakan orang secara bersaingan.
Contoh: mensukseskan  menyukseskan, mengkombinasikan  mengombinasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar