Morfofonemik
Morfofonemik
ialah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau peubahan fonem sebagai
akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi,
maupun proses komposisi. Ada juga pengertian Morfofonemik menurut para ahli, yaitu:
Sumadi (2010:140) berpendapat bahwa morfofonemik ialah
“perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dan morfem
yang lain. Zainal Arifin (2007:8) berpendapat bahwa proses
morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai
dengan fonem awal kata yang bersangkutan.
Abdul Chaer (2007:194) mengemukakan bahwa morfofonemik,
disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya
wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi,
maupun komposisi. Kridalaksana (2007:183) berpendapat bahwa morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan
morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan
dalam tingkat fonologi. Ramlan (dalam Tarigan, 1995:27) mengemukakan bahwa morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang
timbul sebagai akibat pertemuan morfem satu dengan morfem lain. Heatherington (dalam Tarigan,
1995:27) morfofonemik, atau yang biasa disebut dengan morfofonologi adalah ilmu yang menelaah morfofonem.
Morfofonologi adalah telaah umum mengenai bidang kebersamaan antara bunyi dan
bentuk kata. Dalam morfofonologi kita tidak menelaah bunyi tunggal beserta
varian-variannya saja, tetapi justru menelaah bunyi-bunyi rangkap beserta
varian-variannya. Nelson Francis (1958) mengatakan bahwa morfofonemik
mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf
sebagai akibat pengelompokan menjadi kata. Prawirasumantri
(1986:37) memberikan contoh untuk memperjelas bidang garapan
morfofonemik yakni dengan pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menjadi
belajar.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan bunyi yang
diakibatkan oleh adanya pengelompokan morfem.
1)
Jenis perubahan
Dalam bahasa
Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses morfologi.
Menurut
buku Abdul Chaer (2007) Diantaranya adalah proses pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, perubahan
fonem, pergeseran fonem.
1.
Pemunculan
fonem,
yakni munculnya fonem (bunyi)alam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada.
Contoh : dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan memunculkan bunyi sengau (m) yang awalnya tidak ada. Dan sufiks –an akan muncul bunyi semi vocal
(y).
Me + baca = Baca
|
Hari + an = Hariyan
|
2.
Pelepasan fonem,
yakni
hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Contohnya : dalam proses
pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang,
maka bunyi (r) yang ada pada prefiks ber- dilesapkan. Juga dalam proses
pengimbuhan “akhiran” wan pada dasar
sejarah, maka fonem (h) pada dasar sejarah itu dilesapkan ada juga pada
“akhiran” –nda pada dasar anak maka
fonem (k) akan dihilangkan
Ber + renang = berenang
|
Sejarah + wan = sejarawan
|
Anak + nda = ananda
|
3.
Peluluhan fonem,
yakni
luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses
morfologi. Misalnya dengan pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan
dengan fonem nasal /ny/dan proses pengimbuhan prefiks /pe/. Contohnya :
Me – sikat =
menyikat
|
Pe + sikat =
penyikat
|
4.
Perubahan fonem,yaitu berubahnya
sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi.
Contohnya dalam pengimbuhan prefiks ber- pada
dasar ajar terjadi perubahan bunyi
dimana fonem /r/ berubah jadi /l/.
Ber + ajar = belajar
|
Ter + anjur = terlanjur
|
Contoh bunyi
nasal dalam bahasa jawa
|
Contoh bunyi
nasal dalam bahasa betawi
|
Opo + ne = apane
|
Ape + an = apaan
Ape + in = apein
|
5.
Pergeseran
fonem, yaitu
berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata yang lainnya. Contohnya,
dalam pengimbuhan sufiks –i pada
dasar lompat terjadi pergeseran
dimana fonem /t/ yang semula berada pada kata pat berada pada kata ti. Sebaliknya
dengan kata jawab yang semula berada pada kata wab berpindah menjadi dan
Lompat + I = me.lom.pati
|
Ja.wab + an = ja.wa.ban
|
Menurut
Harimurti Kridalaksana :
a. pemunculan fonem
Proses
morfofonemik yang paling banyak terjadi ialah pemunculan fonem. Fonem yang
muncul itu sama tipenya (homorgan) dengan fonem awal dalam morfem dasar.
Perubahan morfofonemik semacam itu menimbulkan alomorf-alomorf dari morfem yang
bersangkutan. Contoh :
·
pemunculan
bunyi luncur /y/ pada kata : ketinggiyan, tepi yan, penanti yang
·
pemunculan
bunyi luncur /w/ pada kata : kepulau wan, serbu wan, pertoko wan
·
pemunculan
/a/ pada penggabungan morfem dasar ayah dan prefiks anda :/ ayahanda/
·
pemunculan /n/ pada pertemuan morfem dasar
diri dengan prefiks se-: /sendiri/
·
pemunculan /m/ pada pertemuan morfem dasar
barang dengan prefiks se- : /sembarang/
·
pemunculan
/m/ pada penggabungan morfem dasar yang diawali dengan /b/, /f/, dan /p/ yang
bergabung dengan prefiks me-, pe-, dan pe-an : membeli, memperbarui, memfitnah,
pemberian
·
pemunculan
/n/ yang terjadi bila morfem dasar diawali oleh konsonan /t/ dan /d/ bergabung
dengan /me-/,/pe-/,maupun /pe-an/,contoh: pendengar, mendapat, pendalaman.
·
pemunculan
/n/ pada penggabungan morfem dasar yang diawali dengan /c/, dan /j/ yang
bergabung dengan prefiks me-, pe-, dan pe-an : mencari, pencuri, pencarian
·
pemunculan /ng/ pada penggabungan morfem dasar
yang diawali dengan /g/, /x/, dan /h/ yang bergabung dengan prefiks me-, pe-,
dan pe-an : mengkoordinir, penggugat, pengkhususan, penghapus
b. pengekalan fonem
Proses
pengekalan fonem terjadi bila proses penggabungan morfem tidak terjadi apa-apa,
baik pada morfem dasar maupun afiks. Morfem dasar dan morfem terikat itu
dikekalkan dalam bentuk baru yang lebih konkret.
·
pengekalan
fonem terjadi pada morfem dasar /y/, /r/, /l/, /w/, atau nasal bergabung dengan
/me-/, /pe-/, contoh : meyakinkan, peramal, pelempar, pewarna
·
pengekalan
fonem terjadi bila morfem dasar yang berakhir dengan /a/ bergabung dengan
konsonan ke-an, contoh : kerajaan, keadaan, kelamaan.
·
Pengekalan
fonem terjadi bila afiks ber-, per-, atau ter- bergabung dengan kecuali ajar,
anjur, atau yang diwakili konsonan /r/ atau suku kata pertamanya berakhir
mengandung /r/ contohnya : bermain, tersalip, pertanda
·
Pengekalan
fonem terjadi bila afiks se- bergabung dengan morfem dasar, contohnya : searah,
seumur, sebutir
·
Pengekalan fonem terjadi bila afiks –man,
-wan, dan –wati bergabung dengan morfem dasar,contohnya:seniman,peragawati,wartawan
b. pemunculan dan pengekalan
fonem
Pemunculan
dan pengekalan fonem ialah proses pemunculan fonem yang homorgan dengan fonem
pertama morf dasar dan sekaligus pengekalan fonem pertama morf dasar tersebut.
·
pemunculan
/ng/ dan pengekalan /k/ contohnya : mengkukur, pengkaji
·
pemunculan
/ng/ dan pengekalan /’/ contohnya : mengarang, pengukur
c. pergeseran fonem
Pergeseran
posisi fonem terjadi bila komponen dari morfem dasar dan bagian dari afiks
membentuk satu suku kata. Pergeseran ini dapat terjadi ke depan, ke belakang,
atau dengan pemecahan.
v per-ba-i-ki pergeseran ke belakang : /baik/ +
/per-i/. ke-ba-ka-ranà/bakar/ + /ke-an/
v peregeseran kedepan:/ibu/+/-nda/i-bun-da
ge-lem-bung
ge-lem-bung
v pemecahan suku kata :
/gembung/ + /-l-/ . /gigi/ + /-r-/
gerigi
d.
perubahan dan pergeseran fonem
Perubahan
dan pergesaran posisi fonem terjadi pada proses penggabungan morfem dasar yang
berakhir dengan konsonan dengan afiks yang berawal dengan vokal.
v perubahan dari fonem /’/
menjadi fonem /k/. Contohnya : /me-i/ + /nai’/ me-na-i-ki,
/ke-an/ + /dudu’/ ke-du-du-kan
/ke-an/ + /dudu’/ ke-du-du-kan
v perubahan dari fonem /r/
menjadi fonem /l/ pada afiks ber-, per-, dan per-an. Contohnya :
/ber-/+/’ajar/be-la-jar/per-/+/’ajar/pe-la-jar/per-an/ + /’ajar/ pe-la-ja-ran
e.
pelesapan fonem
Proses
pelesapan fonem terjadi bila morfem dasar atau afiks melesap pada saat terjadi
penggabungan morfem.
v pelesapan fonem /k/ atau
/h/ terjadi bila morfem dasar yang berakhir pada konsonan tersebut bergabung
dengan sufiks yang berasal dari konsonan juga.
Contoh : /’anak/ + /-nda = ananda. sejarah/ + /wan = sejarawan
Contoh : /’anak/ + /-nda = ananda. sejarah/ + /wan = sejarawan
f.
peluluhan fonem
Proses
peluluhan fonem terjadi bila proses penggabungan morfem dasar dengan afiks
membentuk fonem baru.
v peluluhan fonem awal /k/
bila morfem dasar tersebut bergabung digabung dengan afiks
/me-/,/me-kan/,/me-i/,/pe-/,dan/pe-an/.Contoh:/me-/+/karang/mengarang. Mengirimkan
/me-kan/+/kirim/.mengurangi/me-i/+/kurang/pengarang/pe-/+/karang/pengurangan/pe-an/
+ kurang/
v peluluhan fonem awal /p/
bila morfem dasar tersebut bergabung dengan afiks /me-/,
/me-kan/,/me-i/,/pe-/,dan/pe-an/memilihContohnya:/me-/+/pilih/ memikirkan/me-kan/
+ /piker/memerangi/me-i/+/perang/ pemahat/pe-/+/pahat/ pemutihan/pe-an/ + /putih/
v peluluhan fonem /s/ terjadi
pada penggabungan dengan afiks /me-/, /me-kan/, /me-i/, /pe-/,dan/pe-an/Contohnya
: /me-/ + /sayur/ menyayur.
(menyaksikan/me-kan/ + /saksi/)
menyakiti/me-i/+/sakit/penyusun/pe-/+/susun/ penyaluran/pe-an/ + /salur/
menyakiti/me-i/+/sakit/penyusun/pe-/+/susun/ penyaluran/pe-an/ + /salur/
g.
penyisipan fonem secara historis
Penyisipan
terjadi bila morfem dasar yang berasal dari bahasa asing diberi afiks yang
berasal dari bahasa asing.MorffoneContoh:/standar/+/-isasi/satndardisasi
/objek/+if/objektif/impir/ + /ir/ importer
/objek/+if/objektif/impir/ + /ir/ importer
h.
pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing
Pemunculan fonem akibat
dari mengikuti pola morfofonemik bahasa asing.
i.
variasi fonem bahasa sumber
Variasi
fonem ini mengikuti pola bahasa sumber dan memiliki makna sama dengan bahasa sumber.
2)
Morfofonemik
pembentukan kata bahasa Indonesia
Morfofonemik
dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi,
reduplikasi, dan komposisi hampir tidak ada. Dalam proses afiksasi pun hanya
dalam prefiksasi ber-, prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfeksasi
pe-an, konfiksasi per-an. Dan sufiksasi –an.
·
Prefiksasi ber-
Morfofonemik
dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa: pelesapan fonem /r/ pada ber- itu, perubahan fonme /r/ pada ber- itu menjadi fonem /l/, pengekalan fonem /r/ yang terdapat
prefiks ber- itu.
Pelepasan
fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk atau dasarnya berbunyi
/er/
|
Ber
+ renang = berenang
Ber
+ ragam = beragam
|
Perubahan
fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/
|
Ber
+ ajar = Belajar
|
Pengekalan
fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk utamanya bukan
yang ada pada a dan b.
|
Ber
+ obat = berobat
Ber
+ korban = berkorban
|
·
Prefiksasi me-
Morfofonemik
dalam proses pengimbuhan dapat berupa pengekalan fonem,penambahan fonem.
Pengekalan
fonem disini artinya tidak ada yang dilepaskan apabila bentuk dasarnya
diawali dengan r,l,w,y,m,n,ng,ny
|
Me
+ rawat = rawat
|
Penambahan
fonem yakni penambahan fonem nasal m,n,ng,nge. Penambahan fonem nasal /m/
terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/, /f/.
|
Me
+ baca = membaca
Me
+ fitnah = memfitnah
|
·
Prefiksasi pe-
dan konfiksasi pe-an
Morfofonemik
dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfiks pe-an sama dengan
morfofonemik yang terjadi dalam prosespengimbuhan dengan me- yaitu pengekalan fonem, penambahan fonem,
peluluhan fonem.
Pengekalan
fonem artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk
dasarnya diawali dengan konsonan r,l,y,m,n,ny
|
![]() ![]()
pelatihan
|
Penambahan
fonem yaitu penambahan fonem nasal m,n,ng,nge dapat terjadi bila dasarnya
diawali konsonan /b/
|
![]() ![]()
Pembacaan
|
Peluluhan
fonem apabila prefiks pe- diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali oleh
konsonan bersuara /s,k,p,t/. dalam hal ini /s diluluhkan dengan nasal /ny.
|
![]() ![]()
penyaringan
|
·
Prefiksasi per-
dan per –an
Morfofonemik
dalam pengimbuhan prefiks per- dan konfiks per-an dapat berupa pelesapan fonem /r/ pada kata itu, perubahan
fonem /r/ menjadi fonem /l/, pengekalan fonem r/ mrnjadi /r/.
Pengekalan
fonem artinya tidak ada perubahan fonem
|
![]() ![]()
Petahihan
|
Penambahan
fonem yakni penmbahan foenm nasal m,n,ng,nge antara prefiks dan bentuk dasar.
Contahnya fonem nasal /m/ diawali
konsonan /b/
|
![]() ![]()
Pembacaan
|
Peluluhan
fonem apabila prefiks pe- diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan
bersuara /s,k,p,t. contoh konsonan /s diluluhkan nasal /ny
|
![]() ![]()
Pengepelan
|
·
Sufiksasi –an
Morfofonemik
dalam pengimbuhan sufiks –an dapat berupa pemunculan
fonem, pergeseran fonem.
Pemunculan
fonem. Pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan
pada bentuk dasar yang berakhiran /u/
|
Pandu + an =
panduwan
|
Pergeseran
fonem, terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar berakhiran
dengan konsonan .
|
Jawab + an =
ja. Wa. Ban
|
·
Prefiksasi ter-
Morfofonemik
dslsm proses pengimbuhan ter- berupa pelesapan fonem.
Pelesapan
fonem dapat terjadi bila prefiks ter- diimbuhkan pada dasar yang dimulai
dengan konsonan /r/
|
Ter
+ rasa = terasa
|
3)
Bentuk nasal dan
tak bernasal
Nasal
adalah bersangkutan dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mungeluarkan
udara melalui hidung, yaitu m,n,ng dan ny. Hadir
dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan kata bahasa Indonesia sangat erat
kaitannya dengan tiga hal, yakni : pertama, tipe verba yang “menurunkan”
bentuk kata itu; kedua, upaya pembentukan kata sebagai istilah; ketiga,
upaya pemberian makna tertentu.
§
Kaitan dengan tipe verba
Dalam
bahasa Indonesia ada empat macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses
nasalisasi. Keempat verba itu adalah (a) verba berprefiks me- (termasuk
verba me-kan, dan me-i), (b) verba berprefiks me- dengan
pangkal per-, per-kan, dan per-l), (c) verba berprefiks ber-,
dan (d) verba dasar (tanpa afiks apapun).
Kaidah penasalan untuk verba
berprefiks me- (dengan nomina pe- dan pe-an) yang
diturunkannya adalah sebagai berikut :
Kata
|
Contoh
|
1)
Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / l, r, w, y,
m, n, ny, atau ng/.
|
Meloncat, peloncat, peloncatan
Merawat, perawat, perawatan
|
2)
Akan muncul nasal /m/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/.
|
Membina, pembina, pembinaan.
Memilih, pemillih, pemilihan
|
3)
Akan muncul nasal /n/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/.
|
Mendengar, pendengar, pendengaran.
Mendapat, pendapat, pendapatan
|
4)
Akan muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai denga fonem /s, c, dan j/.
|
Menyambut, penyambut, penyambutan.
Menyakiti, penyakit, penyakitan
|
5)
Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h,
kh, a, i, u, e, atau o/.
|
Mengirim, pengirim, pengiriman.
Menggali, penggali, penggalian
|
6)
Akan muncul nasal /nge-/ apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku.
|
Mengetik, pengetik,
pengetikan.
Mengelas, pengelas, pengelasan
|
Kaidah
penasalan untuk verba berprefiks me- yang bentuk dasarnya berupa pangkal
berafiks per-, per-kan, dan per-l (dengan nomina bentuk pe-
dan pe-an yang diturunkannya) adalah sebagai berikut.
1)
Fonem /p/ sebagai fonem awal pada
dasar yang berupa pangkal per-, per-kan, atau per-l tidak
diluluhkan dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me-, karena fonem /p/
itu adalah sebagian dari prefiks pe- yang menjadi dasar pembentukan.
me + perpendek = memperpendek.
|
2)
Nomina pelaku yang diturunkan dari
verba memper bersifat potensial, dan nomina hal/proses bersifat aktual
menggunakan bentuk per-an.
memperpendek = perpendekan.
|
3)
Nomina pelaku yang diturunkandari
verba memper-kan dan memper-l adalah bentuk pemer-; ada
yang aktual ada yang masih potensial.
mempersatukan = pemersatu.
|
4)
Nomina hal/proses yang diturunkan
dari verba memper-kan atau memper-l berbentuk pemer-an.
mempertahankan = pemertahanan.
|
Pembentukan
nomina pelaku berprefiks pe- dan nomina hal yang berkonfiks per-an
tidak memunculkan bunyi nasal kita. Contoh:
Bekerja pekerja pekerjaan
|
Bertani petani pertanian
|
§
Kaitan dengan upaya pembentukan
istilah
Dalam
peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari
verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju
(yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan menyatakan profesi. Kemudian
berdasarkan bentuk petinju dibuatlah istilah-istilah dalam bidang
olahraga seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis),
peterjun (payung) (bukan penerjun payung), pegolf (bukan penggolf). Jika
dilihat bentuk-bentuk tersebut sebenarnya menurut kaidah penasalan haruslah
bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara analogi tidak diberi
nasal.
§
Kaitan dengan upaya semantik
Untuk
memberi makna tertentu, bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal.
Umpamanya, bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan bentuk
mengkaji yang berarti ‘membaca Alquran’. Contoh yang lain: penjabat
pejabat, penglepasan pelepasan.
Sementara itu, tanpa perbedaan
semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan
yang tanpa pelluluhan lazim digunakan orang secara bersaingan.
Contoh: mensukseskan menyukseskan,
mengkombinasikan mengombinasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar