REDUPLIKASI
CHAER,
(2006:287) mengatakan Reduplikasi
adalah bentuk pengulangan yang disertai dengan pemberian imbuhan. Keraf, (1991:149) mendefinisikan
bentuk ulang (reduplikasi) sebagai sebuah bentuk gramatikal yang berwujud
penggandaan sebagian atau seluruh bentuk dasar sebuah kata. Soepeno, (1982:20) berpendapat
Reduplikasi ialah kata hasil perulangan bentuk dasar baik seluruhnya maupun
sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Solichi, (1996:9) berpendapat bahwa
reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun
bagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak, hasil pengulangan disebut
kata ulang satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Harimurti Kridalaksana, (2007) juga berpendapat Reduplikasi
adalah proses pengulangan kata, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan
menggunakan variasi fonem maupun tidak, contohnya lari-lari. Menurut masnur
muslich, (1990:48) reduplikasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan
jalan mengulang bentuk dasar., baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi
fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak, contohnya
gunung-gunung. Soedjito, (1995:109) juga mengemukakan bahwa reduplikasi
adalah pengulangan satuan gramatikal,
baik seluruhnya maupun bagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak,
contohnya sakit-sakit. Hasan Alwi, (2003) mengatakan reduplikasi adalah proses
pengulangan kata atau unsure kata, contohnya sayur-mayur. Menurut M.
Ramlan, (2009:65) reduplikasi
adalah pengulangan satuan gramatikal baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik
dengan variasi maupun tidak, contohnya Rumah-rumah. Menurut KBBI,
(2008:1153) reduplikasi adalah proses atau hasil perulangan kata atau
unsur kata, seperti kata rumah-rumah.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa reduplikasi adalah proses pembentukan
kata dengan cara mengulang bentuk dasar atau unsur kata pengulangan satuan
gramatikal.
1. Pengantar
Reduplikasi atau
pengulangan bentuk kesatuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam
banyak bahsa didunia ini Abdul Chaer, (2008:178). Perhatikan
table dibawah ini:
Bentuk kata berbagai daerah
|
Contoh
|
Bahasa dikepulauan marshall (daerah
pasifik)
|
Kata takin ‘kaos kaki’ direduplikasikan
menjadi takinkin ‘memakai kaos kaki’.
|
Bahasa moru (papua nugini)
|
Kata tau ‘orang laki-laki’
direduplikasikan menjadi tatau ‘banyak orang laki-laki’
|
Bahasa afrika selatan
|
Kata amper ‘dekat’ direduplikasikan
menjadi maper-amper ‘sangat dekat’
|
2. Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi
fonologi berlangsung dasar yang bukan akar atau terhadap bentuk yang statusnya
lebih tinggi dari akar Abdul Chaer, (2008:179). Status
bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan
makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Contoh bentuk-bentuk
reduplikasi fonologis adalah sebagai berikut :
Contoh
|
Penjelasan
|
1)
Kaku, dada,
pipi, cincin, sisi.
|
Bentuk-bentuk tersebut ‘bukan’ berasal
dari ku, da. Pi, cin dan si. Jadi, bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata
yang bumyi kedua suku katanya sama.
|
2)
Foya-foya,
tubi-tubi, sema-sema, anai-anai, ani-ani.
|
Bentuk ini jelas sebagai betuk ulang,
yang diulang secara utuh. Namun, ‘bentuk’ dasarnya tidak berstatus sebagai
akar yang mandiri. Karna didalam bahasa Indonesia tidak ada akar foya, tubi,
dsb
|
3)
Laba-laba,
kupu-kupu, paru-paru, onde-onde, rama-rama.
|
Bentuk-bentuk ini juga jelas sbgai
bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil
reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya
menghasilkan makna leksikal.
|
4)
Mondar-mandir,
luntang-lantung, lunggang-langgung, kocar-kacir, teka-teki.
|
Entuk-bentuk ini tidak diketahui mana
yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah
mekna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa
tradisional, bentuk-bentuk ini disebut kata ulang semu. (Alisyahbana, 1953:179)
|
3. Reduplikasi sintaksis
Pengertian
|
Contoh
|
Reduplikasi sintaksis adalah proses
pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi
menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah
‘ulangan kata’ bukan ‘kata ulang’.
|
a.
Suaminya benar-benar jantan
b.
Jangan-jangan kau dekati pemuda itu
c.
Jauh jauh sekali negeri ini yang akan kita datangi
d.
Kta beliau ‘tenang tenang, jangan panik’
Abdul Chaer, (2008:179).
|
Bentuk-bentuk
reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua
unsurnya emmiliki potensi untuk dipisahkan.
|
a.
Jangan kau dekati pemuda itu, jangan
b.
Benar suaminya bnear jantan
c.
Panas memang panasa rasa hatiku Abdul
Chaer, (2008:180)
|
Reduplikasi sintaksis ini memiliki
makna ‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’. Dalam hal ni termasuk juga redplikasi
yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronominal personal).
|
a.
Yang kita datangi ternyata dia dia juga
b.
Mereka mereka memang sengaja tidak diundang
c.
Kita kita ini memang termasuk orag yangtidak
setuju dengan beliau.
|
Reduplikasi sintaksis termasuk juga
yang tidak termasuk terhadap akar yang menyatakan waktu.
|
a.
Besok besok kamu boleh dating kesini
b.
Dalam minggu minggu ini kabarnya beliau akan
datang .
|
4. Reduplikasi Semantis
Reduplikasi
semantic adalah pengulangan ‘makna’ yang sama dari dua buah kata yang
bersinonim. Contohnya ilmu pengetahuan,
alim ulama, cerdik cendikia. Lihat
kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama,
begitu juga dengan contoh yang tadi. Yang termasuk kedalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk
seperti segar bugar, muda belia, tua
renta, gelap gulita, kering mersik. Namun, bentuk-bentuk sepert ini dalam
berbagai buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi
(dwilingga salin swara). Memang bentuk segar
bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk muda belia dan kering mersik tidak tampak sama sekali bahwa unsure pertama berasal
dari unsurbkedua atau sebaliknya Abdul Chaer, (2008:180).
5. Reduplikasi Morfologis
Menurut Abdul Chaer, (2008:181) Reduplikasi
morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk
berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh,
pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian.
a.
Pengulangan akar
Bentuk dasar yang berupa akar memiliki
tga macam proses yaitu :
Bentuk dasar pengulangan akar
|
pengertian
|
Contoh
|
Pengulangan
utuh
|
Bentuk dasar
itu diulang tanpa melakukan perubahan bentukfisik dari akar itu
|
Meja-meja
(bentuk dasar meja)
|
Pengulangan
sebagian
|
Yang diulang
dari bentuk dasar itu hanya salah satu suku katanya saja (dalam hal ini suku
awal kata) disertai dengan ‘pelemahan’ bunyi.
|
Leluhur
(bentuk dasar luhur)
|
Pengulangan
dengan perubahan bunyi
|
Bentuk dasar
itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi, yang berbah bisa bunyi
vokelnya dan bisa pula bunyi konsonannya.
|
Bolak-balik
Sayur-mayur
Serba-serbi
|
Pengulangan
dengan infiks
|
Sebuah akar
diulang tetapi diberi infiks pada unsure ulangnya.
|
Turun-temurun
Tali-temali Abdul
Chaer, (2008:181)
|
b.
Pengulangan
dasar berafiks
macam proses afiksasi dan reduplikasi Menurut Abdul
Chaer, (2008:182).
Pertama, sebuah akar
diberi afiks dulu, baru kemudian diulang atau direduplikasi. Contohnya : pada
akar lihat mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat. Kemudia baru diulang
menjadi melihat-lihat.
Kedua, sebuah akar direduplikasikan dulu, baru
kemudian diberi afiks. Contohnya: akar jalan mula-mula diulang menjadi
jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan.
Ketiga, sebuah akar
dieri afiks dan diulang secara bersamaan, contohnya: pada akar minggu diberi
prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.
·
Akar
berprefiks ber-
Pada akar mula-mula diimbuhkan prefiks
ber- lalu dilakukan pengulangan sebgagian ynag hanya akarnya saja. Contoh : Berlari-lari
(dari ber+lari)
Pengulangan dilakukan serentak dengan
pengimbuhan prefiks ber-. Contoh: Berhari-hari, bermeter-meter Abdul
Chaer, (2008:183.
·
Akar
berprefiks me-
Akar berprefiks me- seperti pada kata
menenbak direduplikasikan hanya akarnya saja, ada dua cara yakni pertama
bersifat progresif (pengulangan kearah depan atau kearah kana. Dan kedua
regresif (pengulangan belakang atau kearah kiri. Contoh: Menembak-nembak (dasar
menembak) => tembak-menembak (dasar menembak Abdul Chaer, (2008:184).
·
Akar
berklofiks me-kan
Akar berklofiks me-kam seperti pada kata
membedakan, membesarkan dan melebihkan direduplikasikan hanya akarnya saja.
o Membeda-bedakan
(dari membedakan)
o Membesar-besarkan
(dari membesarkan)
o Melebih-lebihkan
(dari melebihkan) Abdul Chaer, (2008:185).
·
Akar
berklofik me-i
Akar berklofiks me-I seperti pada kata
menulisidan mengurangi direduplikasikan hanya akarnya.
o Menulis-nulisi
(dari menulisi)
o Mengurang-ngurangi
(dari mengurangi) Abdul Chaer, (2008:185).
·
Akar
berprefiks pe-
Akar berprefiks pe- seperti pada kata
pemuda, Pembina, dan pembaca direduplikasikan secara utuh.
o Pemuda-pemuda,
Pembina-pembina, pembaca-pembaca Abdul Chaer, (2008:185).
·
Akar
berkonfiks pe-an
Akar berkonfiks pe-an sperti pada kata
pembangunan dan penjelasan direduplikasikan secara utuh, contoh:
o Pembangunan-pembangunan,
penjelasan-penjelasan Abdul Chaer, (2008:186).
·
Akar
berklofiks per-an
Akar berklofiks per-an seperti pada kata
peratuan, perindustrian, perdebatan direduplikasikan harus secara utuh. Contoh
:
o Peraturan-peraturan,
perindustrian-perindustrian, perdebatan-perdebatan Abdul Chaer, (2008:186).
·
Akar
besufiks –an
Ada dua cara untuk mereduplikasikan
sufiks -an. Pertama : dengan mengulang secara utuh bentuk bersufiks –an
itu, contoh: bangunan-bangunan.
Kedua: mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai dengan pengulangannya.
Contoh : obat-obatan.
·
Akar
berprefiks se-
Ada dua cara untuk
mereduplikasikan prefiks se-. Pertama : dengan mengulang secara utuh, contoh:sedikit-sedikit. Kedua:
mengulang akarnya saja. Contoh : sekali-kali.
·
Akar
berprefiks ter-
Akar berprefiks ter- seperti pada kata
terbawa, tersenyum, dan tertawa direduplikasikan hanya akarnya saja. Contoh :
o Terbawa-bawa,
tersenyum-senyum, tertawa-tawa.
·
Akar
berkonfiks se-nya
Akar berkonfiks se-nya seperti pada kata
secepatnya, sebaiknya dan sedapatnya direduplikasikan hanya akarnya saja.
Contoh:
o Secepat-cepatnya,
sebaik-baiknya, sedapat-dapatnya.
·
Akar
berkonfiks ke-an
Akar berkonfiks ke-an seperti pada kata keraguan, kemarahan,
kebiruan direduplikasikan hanya akarnya saja. Sedangkan konfiks ke-an
melingkupi bentuk pengulangan itu. Contoh:
o Keragu-raguan,
kemerah-merahan, kebiru-biruan.
·
Akar
berkonfiks (-em, el-, -er, -m-)
Akar berinfiks direduplikasikan
seklaigus dalam pengimbuhan infiks dan proses reduplikasi, proses ini tampaknya
tidak produktif. Contoh:
o Tali-temali,
sinar-seminar, getar-geletar, sambung-sinambung, patuk-pelatuk.
c.
reduplikasi
kompositum
kompositum,
gabungan kata, kata majemuk atau entah apa lagi namanya secara umum dapat
dibedakan (A) yang kedua unsurnya derajat, seperti tua muda, ayam itik dan
tikar bantal. (B) yang kedua unsurnya tidak sederajat seperti rumah sakit,
surat kabar, dank eras kepala. Reduplikasi terhadap dasar kompositu dilakukan
dalam dua cara. Pertama dilakukan secara utuh dan kedua dilakukan secara
sebagian Abdul Chaer, (2008:189).
6. Reduplikasi Dasar Nomina
Menurut Abdul
Chaer, (2008:191) Secara morfologis nomina dapat berbentuk akar, bentuk
berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentuk berkonfiks pe-an, bentuk
berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an, dan berupa
gabungan kata.
Reduplikasi
makna gramatikal Dasar Nomina
|
Proses
|
Contoh
|
1.
Dasar nomina, baik berupa akar, bentuk berprefiks
pe-, bentuk berprefiks ke-, bentuk berkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks
per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan
kata.
|
Apabila
direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘banyak’ kalau memiliki
komponen makna (+terhitung).
|
Pemda
akan menggusur rumah-rumah tanpa IMB itu.
|
2.
Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila
direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘banyak dan bermacam-macam’.
|
Apabila
memiliki komponen makna (+berjenis). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan
disertai dengan pemberian sufiks –an.
|
Indonesia
akan mengirim obat-obatan ke libanon.
|
3.
Dasar nomina, khususnya dalam bentuk dasar, bila
direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘banyak dengan ukuran
tertentu’.
|
Apabila
memiliki komponen makna (+ukuran) atau (+takaran). Dalam hal ini perulangan
itu dilakukan disertai dengan pemberian prefiks ber-.
|
Kami
sudah berhari-hari belum makan.
|
4.
Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar bila
direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘menyerupai’ atau ‘seperti’.
|
Apabila
memiliki komponen makna (+bentuk tertentu) atau (+sifat tertentu). Dalam hal
ini pengulangan itu dilakukan disertai dnegan pemberian sufiks –an.
|
Anak
laki-laki suka bermain perang-perangan.
|
5.
Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila
direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘saat’ atau ‘waktu’.
|
Apabila
memiliki komponen makna (+saat). Dalam hal ini perulangan ini dilakukan
dengan perulangan utuh.
|
Pagi-pagi
sekali dia sudah berangkat kerja Abdul
Chaer, (2008:193).
|
7. Reduplikasi Dasar Verba
Secara
morfologis verba dapat berbentuk akar, berprefiks er-, beronfiks ber-an,
berprefiks me- inflektif dan derivatif, berprefiks di- derivative, berprefiks
ter- inflektif dan derivative, berkonfiks me-kaninflektif, berklofiks di-kan
inflektif, berkonfiks me-I inflektif, berklofiks di-I inflektif, berklofiks
ter-I inflektif, berprefiks ter- inflektif dan derivative, berprefiks ke- dan
berkronfiks ke-an. Namun, tidak semua bentuk verba dapat direduplikasikan
karena tergantung pada komponen makna yang dimiliki oleh kata yang menjadi
bentuk dasar itu Abdul Chaer, (2008:194).
Makna
Reduplikasi Dasar Verba
|
Proses
|
Contoh
|
1.
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki
makna gramatikan ‘kejadian (tindakan) berulang kali’
|
Apabila
dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-durasi ).
|
Dari
tadi beliau marah-marah terus
|
2.
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki
makna gramatikal ‘kejadian berintensitas’.
|
Apabila
dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi).
|
Kami
berjalan-jalan mengelilingi kebun raya bogor.
|
3.
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki
makna gramatikal ‘berbalasan’.
|
Apabila
dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-durasi).
|
Sikut-menyikut
sesame mereka sudah biasa.
|
4.
Dasar verba apabila diredulikasikan akan memiliki
makna gramatikal ‘dilakukan tanpa tujuan (dasar)’.
|
Apabila
dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (durasi).
|
Mari
kita duduk-duduk di taman depan
|
5.
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki
makna gramatikal ‘hal me ….’
|
Apabila
dasar itu memiliki makna (+tindakan) dan (+durasi) serta dalam bentuk
reduplikasi berprefiks me- regresif
|
Menerima
pekerjaan ketik-mengetik
|
6.
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki
makna gramatikal ‘begitu (dasar)’
|
Apabila
dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+saat)
|
Rupanya
dia lapar sekali, pulang-pulang minta makan Abdul Chaer, (2008:196).
|
8. Reduplikasi Dasar Ajektiva
sebagai bentuk dasar dalam proses reduplikasi
dapat berupa akar seperti merah, tinggi. Dapat
berupa kata turunan ke-an seperti kemerahan dan kehijauhan. Dan berupa kata
gabung seperti merah delima, kuning telur. Namun yang paling lazim
direduplikasikan adalah bentuk dasar akar Abdul Chaer, (2008:196).
Reduplikasi makna gramatikal Dasar Ajektiva
|
Proses
|
Contoh
|
1.
Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan
menghasilkan makna gramatikal ‘banyak yang dasar’.
|
Apabila bentuk dasar memiliki komponen
makna (+keadaan) dan (+ukuran).
|
Rumah didaerah itu bagus-bagus
|
2.
Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan
menghasilkan makna gramatikal ‘se (dasar) mungkin’.
|
Apabila bentuk dasar memiliki komponen
makna (+keadaan) dan (+ukuran).
|
Buang jauh-jauh pikiran seperti itu
|
3.
Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan
menghasilkan makna gramatikal ‘hanya yang (dasar)’.
|
Apabila bentuk dasar memiliki komponen
makna (+keadaan) dan (+ukuran)
|
Ambil yang baik-baik, tinggalkan yang
buruk-buruk
|
4.
Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan
menghasilkan makna gramatikal ‘sedikit bersifat (dasar)’.
|
Apabila bentuk dasar memiliki komponen
makna (+keadaan) dan (+warna)
|
Warna bajunya putih kehijau-hijauan
|
5.
Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan
menghasilkan makna gramatikal ‘meskipun
(dasar)’.
|
Apabila bentuk dasar memiliki komponen
makna (+keadaan) dan (+sikap)
|
Jauh-jauh saya datang, tetapi orangnya
tidak ada
|
6.
Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan
menghasilkan makna gramatikal ‘sama (dasar) dengan’.
|
Apabila bentuk dasar memiliki komponen
makna (+keadaan) dan (+ukuran)
|
Daunnya selebar-lebar telinga gajah
|
7.
Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan
menghasilkan makna gramatikal ‘insensitas’.
|
Apabila bentuk dasar memiliki komponen
makna (+keadaan) dan (+ukuran)
|
Dia memang sengaja menjelek-jelekkan
nama kita Abdul Chaer, (2008:199)
|
9. Reduplikasi Kelas Kata Tertutup
Kelas
tertutup adalah kata-kata yang keanggotaannya sukar bertambah atau berkurang,
dan jumlah keanggotaannya relative terbatas. Menurut Abdul Chaer, (2008:199) yang
termasuk kelas tertutup adalah kata-kata yang termasuk dalam kelas adverbia,
pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus, interjeksi. Berikut ini
penjelasaannya!
a.
Reduplikasi
dasar Adverbia Negasi
Kosa
kata adveebia negasi adalah bukan, tidak, tak dan tiada. Yang terlibat dalam
proses reduplikasi hanyalah bukan dan tidak. Bentuk tak dan tiada tidak
terlibat dalam prose situ, contohnya:
·
Disini
kamu jangan bicara yang bukan-bukan
·
Disini
kamu jangan bicara yang tidak-tidak
Dari contoh
tersebut tampak bahwa bentuk reduplikasi bukan-bukan dan tidak-tidak mempunyai
distribusi yang sama alias saling dapat dipertukarkan. Dari segi semantic
kalimat 1 dan 2 menyatakan sesuatu yang bukan harus dibicarakan atau yang tidak
harus dibicarakan.
b.
Reduplikasi
dasar adverbial Larangan
Kosakata adverbial laragan adalah
jangan dan tidak boleh, yang berkenaan dengan reduplikasi hanyalah akar jangan
seperti tampak dalam kalimat:
·
Hari
ini dia tidak masuk sekolah, kemarin dia juga tidak masuk, jangan-jangan dia
sakit.
·
Mari
kita segera pulang, jangan-janga ayah sudah dirumah.
Dari contoh tersebut tampak bahwa
bentuk reduplikasi jangan-jangan tidak lagi berkenaan dengan ‘larangan’,
melainkan telah berubah menjadi konjungsi intrakalimat yang menyatakan rasa
khawatir.
c.
Reduplikasi
dasar adverbia kala
Kosakata adverbial kala adalah
kata-kata sudah dan telah untuk menyatakan kata lampau; sedang, tengah, dan
lagi untuk menyatakan kala kini; akan dan mau untuk menyatakan kala yang akan
datang. Lihatlah kalimat dibawah ini.
·
Kalau
mengingat yang sudah-sudah kami memang kasihan kepadanya
·
Kerjanya
hanya mengumpulkan harta seakan-akan dia bisa hidup selamanya
Bentuk yang sudah-sudah pada
kalimat 1 memiliki makna ‘segala peristiwa atau kejadian yang pernah dialami’,
sedangkan makna seakan-akan pada kalimat 2 sama dengan seolah-olah.
d.
Reduplikasi
dasar adverbial keharusan
Kosakata adverbial keharusan
adalah barangkali, kal dan mungkin yang menyatakan keharusan; mau ingin dan
hendak yang menyatakan keinginan; dan boleh yang menyatakan kebolehan. Contoh
pada kalimat berikut:
·
Mari
kita singgah ke rumah beliau, kali-kali saja beliau ada dirumah
·
Jangan
bekerja semau-maunya saja
·
Boleh-boleh
saja kalu anda mengajukan usul itu
Kata kali-kali (yang sebenarnya
bentuk singkat dari barangkali) memiliki makna yang sama dengan ‘barangkali’;
kata semau-maunya (memiliki makna semau kemauan sendiri); dan kata boleh-boleh
memiliki makna ‘boleh saja’.
e.
Reduplikais
dasar adverbial jumlah
Kosakata adverbial jumlah adalah
banyak, sedikit, lebih, lebih, kurang, dan cukup. Semuanya terlibat dalam
proses reduplikasi. Seperti:
·
Setelah
diberi gula harus diberi air banyak-banyak
·
Jumlah
peserta sebanyak-banyaknya hanya 100 orang
·
Beri
dia minum sedikit-sedikit
·
Sumbangan
sedikit-dikitnya sepuluh ribu rupiah
Makna banyak-banyak pada kalimat
1 adalah ‘banyak sehingga tidak kurang’ dalam sebanyak-banyaknya pada kalimat 2
adalah ‘sebnayak yang dapat diikutsertakan’. Makna sedikit-sedikit pada kalimat
3 adalah ‘sedikit demi sedikit’ dan sedikit-sedikit pada kalimat 4 adalah
‘paling sedikit (sepuluh ribu rupiah)’.
f.
Reduplikasi
dasar adverbial taraf
Kosakata adverbial taraf adalah
agak, sangat, amat, sekali, sedang, dan paling. Yang terlibat hanya agak dan
paling. Contoh:
·
Harus
dihitung yang benar, jangan mengagak-agak saja
·
Harganya
paling-paling seribu rupiah
Makna mengagak-agak pada kalimat
1 adalah mengira-ngira, dengan didalam kalimat 2 bermakna ‘yang paling mahal
atau yang paling murah (seribu rupiah).
g.
Reduplikasi
dasar adverbial frekuensi
Kosakata adverbial frekuensi
adalah sekali, jarang, sering, dan lagi. Semuanya terlibat dalam proses
reduplikasi.
·
Sekali-sekali
dia datang juga kesini
·
Jangan
sekali-kali kau langgar peraturan itu
Makna sekali-sekali kalimat 1
adalah ‘(datang) tetapi jarang’, sedangkan makna kalimat 2 adalah ‘tidak pernah
sama sekali’.
h.
Reduplikasi
dasar Numeralia
Kosakata numeralia yang terlibat dalam
proses reduplikasi adalah nama-nama bilangan bulat satu, dua, tiga, empat,
lima, …. Seratus, seribu. Juga bilangan seperti sepertiga, setengah,
seperempat, dan sebagainya. Contoh :
·
Anak-anak
itu dibariskan dua-dua
·
Isikan
lima-lima kedalam kantong-kantong ini
Sepertinya makna reduplikasi pada
dasar bilangan adalah sama. Kata dua-dua pada kalimat 1 bermakna ‘ dua (orang)
dua orang’, kata lima-lima pada kalimat 2 bermakna ‘ setiap kantong lima
(buah)’.
i.
Reduplikasi
dasar konjungsi koordinatif
Kosakata konjungsi koordinatif
adalah dan yang menyatakan ‘gabungan’, serta yang menyatakan ‘kesertaan’,
tetapi, namun dan melainkan yang menyatakan ‘kebalikan’, bahkan dan malah (An)
yang menyatakan ‘penguatan’, kemudian, setelah, sesudah, dan lalu yang menyatakan
‘hubungan waktu’. Semuanya tidak ada yang yang terlibat dalam proses
reduplikasi. Memang kata bentuk lalu-lalu seperti contoh dibawah ini:
·
Kita
tidka perlu mengingat lagi kejadian yang lalu-lalu
Namun, lalu-lalu disini bukan
berasal dari konjungsi koordinatif lalu.
j.
Reduplikasi
dasar konjungsi suboordinatif
Kosakata konjungsi suboordinatif
adalah karena, sebab, asal, dan lantaran yang menghubungkan menyatakan ‘sebab’,
kalu, jiak, jikalau, andai, andaikata dan seandainya yang menghubungkan
menyatakan ‘persyaratan’ dan sebagainya. Yang termasuk proses reduplikasi
hanyalah kalau, andai, dan sampai. Contoh :
·
Mari
kita kekebun, kalau-kalau ada durian jatuh
·
Kami
Cuma berandai-andai, tidak memikirkan yang sebenarnya
·
Dia
melakukan enyamaran dengan menggunakan kumis, sampai-sampai kami tidak
mengenalinya.
Makna kalau-kalau
pada kalimat 1 adalah menyatakan ‘kemungkinan yang diharapkan member
keuntungan’. Makna berandai-andai pada kalimat 2 adalah ‘melakukan andai-andai’
artinya mengharapkan sesuatu tapi hanya menyatakan andaikata, tidak dengan
usaha kerja. Makna sampai-samapi pada kalimat 3 bermakna menyatakan ‘akibat’
dari suatu perbuatan Abdul Chaer, (2008:207).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar