AFIKSASI
PEMBENTUKAN ADJEKTIVA
Menurut Abdul Chaer.(2007) Ajektifa adalah
Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang
sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva yang memberikan
keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif. Keterangan itu dapat
mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan. Alwi et al (2003:171) berpendapat
bahwa adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan. Harimurti
Kridalaksana (1994) uga mngwmukakan bahwa adjektiva atau sering juga
disebut sebagai kata sifat adalah katagorisasi yang ditandai oleh
kemungkinannya untuk mendampingi nomina. Ada juga menurut Hasan Alwi Dkk bahwa adjektiva
adalah kata yang member keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang
dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Menurut
KKBI adjektiva adalah kata yang menerangkan nomina dan secara umum
dapat bergabung dengan lebih dan sangat.
Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa adjektiva adalah kelas kata yang mengubah nomina atau
pronomina, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih
spesifik.
a.
Dasar
Adjektiva Berprefiks pe-
Ada dua
macam proses pembubuhan prefiks pe-
pada dasar adjektiva. Yaitu, pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua
diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan.
1.
Dasar + pe- = pe-dasar
2.
Dasar me-dasar-kan +
pe- = pe-dasar

Pemberian afiks pe-
secara langsung dapat terjadi kalau dasar adjektiva itu memiliki komponen makna
(+ sikap batin) dan memberi makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’.
Misalnya:
Makna gramatikal ‘yang memiliki sifat
(dasar)’.
|
Contoh
|
Pemalu
|
Wanita itu sangat pemalu saat bertemu banyak orang.
|
Pemarah
|
Dia sangat pemarah dan tidak bisa mengontrol emosi.
|
Pengecut
|
Dika sangat pengecut karena tidak
mempertanggungjawabkan perkataannya.
|
Pendendam
|
Orang itu
terlihat seperti pendendam dari
raut wajahnya
|
Pemberian
prefiks pe-melalui verba berklofiks me-kan dapat terjadi apabila dasar
adjektiva itu memiliki komponen makna (+keadaan fisik) dan memberi makna
gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Misalnya:
Makna
gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’.
|
Contoh
|
Penjinak
|
Dia adalah seorang penjinak ular yang sering disebut
dengan pawang ular.
|
Pengering
|
Tiba-tiba pengering mesin cuciku rusak.
|
Pemutih
|
Randi disuruh
oleh ibunya untuk membeli pemutih pakaian
di warung.
|
Pendingin
|
Ibu sedang mengatur suhu pendingin ruangan di kamarnya.
|
Kedua kata
berprefiks pe-dengan dasar adjektiva sesungguhnya berkategori nomina, sebab
semuanya dapat diawali adverbial bukan; tetapi tidak semua dapat diawali
adverbia agak dan sangat.Bentuk agak pemalu berterima; tetapi agak pemuda dan
sangat pembersih tidak berterima.
b.
Dasar
Adjektiva Berprefiks se-
Pemberian
prefiks se- pada semua dasar
adjektiva memberi maakna gramatikal ‘sama (dasar)’ dengan nomina yang
mengikutinya. Contohnya :
maakna gramatikal ‘sama (dasar)’
Adjektiva Berprefiks se-
|
Contoh
|
Sepandai A,
“sama pandai dengan A”
|
Roni sepandai Rina dalam hal menggambar.
|
Secantik B,
“sama cantik dengan B”
|
Reni secantik bidadari meski dia tidak bersolek.
|
Setinggi C, “sama
tinggi dengan C”
|
Tiang listrik
itu setinggi tiang bendera di sana.
|
Dasar adjektiva dengan prefiks se-
bukanlah berkategori adjektiva sebab tidak dapat diawali adverbia agak dan
sangat.Bentuk agak sepintar dan sangat sepintar.Tidak berterima.Prefiks se-
pada dasar adjektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau
sederajat dalam satu system penderajatan. Contoh: Setinggi → sama tinggi →
tingkat sama. (tinggian) →lebih tinggi → tingkat lebih. (tertinggi) → paling tinggi → tingkat paling
c.
Dasar
Adjektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan
prefiks ter- paa semua dasar
adjektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Misalnya:
makna gramatikal ‘paling (dasar)’
Berprefiks ter-
|
Contoh
|
Tercantik,
“paling cantik”
|
Dian adalah
wanita tercantik yang pernah Doni
liat.
|
Terbodoh,
“paling bodoh”
|
Randi adalah
laki-laki terbodoh karena lebih
mementingkan pacarnya ketibang ibunya sendiri.
|
Terbesar,
“paling besar”
|
Hotel Sahid merupakan salah satu
hotel terbesar yang berada di
Yogyakarta.
|
Prefiks ter-
pada dasar ajektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan superlatif dalam
suatu sistem penderajatan. Perhatikan
: (setinggi) =>
sama tinggi =>
tinggi sama.
(tinggian)
=> lebih tinggi
=> tinggi lebih.
Tertinggi => paling tinggi
=> tingkat paling (superlatif)
d.
Dasar
Adjektiva Berkonfiks ke-an
Pengimbuhan
konfiks ke-an pada dasar adjektiva
akan memberi makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila adjektiva itu memiliki
komponen makna (+warna). Misalnya:
makna gramatikal ‘agak (dasar)’
Adjektiva Berkonfiks ke-an
|
Contoh
|
Kehitaman,
“agak hitam”
|
Mobil itu agak sedikit kehitaman berada di bawah lampu jalan.
|
Kemerahan,
“agak merah”
|
Warna
kulit Sinta agak kemerahan pada saat baru
lahir.
|
Kebiruan,
“agak biru”
|
Asri menyukai
warna kamar yang sedikit kebiruan.
|
Ada sejumlah makna gramatikal yang dimiliki dasar adjektiva bila diberi
konfiks ke-an. Diantaranya adalah:
Bermakna gramatikal ‘terlalu
(dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ warna), (+ rasa)
atau (+ukuran).
|
Contoh
|
Kekecilan,
“terlalu kecil”
|
Mobil itu sangat kekecilan karena tidak bisa memuat seluruh anggota keluarganya.
|
Kekenyangan,
“terlalu kenyang”
|
Saya terlalu kekenyangan setelah memakan makanan yang telah dimasak oleh chef
Juna.
|
Bemakna gramatikal ‘hal (dasar)’ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin). Misalnya:
|
Contoh
|
Ketakutan, “hal takut”
|
Laki-laki itu merasa ketakutan saat berjalan di depan kuburan yang keramat tersebut.
|
Kesedihan, “hal sedih”
|
Kesedihan yang saya
alami saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan pada saat saya kehilangan
seorang ayah.
|
e.
Dasar Ajektiva
Berklofiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal “menyebabkan
jadi (dasar)” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat batin).
Misalnya:
o
Memalukan, “menyebabkan malu”
Contoh dalam kalimat: Tim sepak bola itu sangat memalukan di lapangan saat bertanding
melawan PERSIJA.
o
Mengecewakan, “menyebabkan kecewa”
Contoh dalam
kalimat: nilai rapor Ana sangat mengecewakan
Dasar ajektiva
dengan klofiks me-kan sesungguhnya berkategori ganda, yakni ajektiva dan verba.
Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat;
dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek.
f.
Dasar Ajektiva
Berklofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal “merasa (dasar)
pada” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin). Misalnya:
o
Mencintai, “merasa cinta pada”
Contoh dalam
kalimat: Kedua pasangan itu saling mencintai.
o
Mengagumi, “merasa kagum pada”
*Contoh dalam kalimat: Saya mengagumi
laki-laki yang rajin beribadah itu.
Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini sesungguhnya
berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia
dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba verba dapat
diikuti oleh sebuah objek.
g.
Dasar Lain
Berkomponen Makna (+ keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia
sudah merupakan “barang jadi”. Namun, yang disebut “barang jadi” ini ada yang
seratus persen berkategori ajektiva itu memiliki pula komponen makna (+
bendaan) atau (+ tindakan). Misalnya, merah dan kuning memiliki juga komponen
makna (+ bendaan), sehingga keduanya bisa disahului negasi bukan dan tidak.
Bentu-bentuk bukan merah dan tidak merah sama-sama berterima. Ajektiva marah
dan benci juga memiliki komponen makna (+ tindakan).
Sebaliknya nomina untung dan rugi juga memiliki komponen
makna (+ keadaan), sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan dan
tidak. Jadi, bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung dan tidak
rugi sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk turunan beruntung bisa disebut
berkategori ajektiva. Kata turunan merugikan bisa disebut berkategori verba
juga bisa termasuk ketegori ajektiva.
h.
Pembentukan Ajektiva
dengan “Afiks” Serapan
Menurut buku
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman
Pembentukan Istila (PPI), penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara
utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. Jadi, disamping kita
menyerap kata standarditition menjadi
standardisasi (-ditition disesuaikan menjadi -disasi).
Begitupun di samping kita menyerap kata object
menjadi objek, kita menyerap kata
objektive menjadi objektiv
Ka
Kata serapan
dari bahasa Inggris dan Belanda
|
Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang
berkategori ajektif dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik”,
|
if, if misalnya: aktif, pasif, objektif, edukatif,konsultatif,
administratif,kolektif, primituf, dan konsumtif.
ik, misalnya: patriotik, akademik, mekanik,
pluralistik, kritik, dan heroik.
|
Ka
Kata serapan
dari bahasa Arab
|
Kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori ajektiva
dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik”
|
- i,
misalnya: rohani, jasmani, islami, abadi, qurani, dan madani.
- iah,
misalnya: islamiah, alamiah, jasmaniah, rohaniah, abadiah, dan quraniah.
|
Tampaknya “akhiran” unsur serapan, baik Inggris/Belanda
maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, buak
hanya untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan kategori yang
lain. Sejauh ini kata-kata (dari dasar asli Indonesia) yang telah dibentuk
dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi,
sukuisme, daerahisme, tendanisasi, dan lelenisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar