Rabu, 18 Januari 2017

Afiksasi Pembentukan Adjektiva



AFIKSASI
PEMBENTUKAN ADJEKTIVA
Menurut Abdul Chaer.(2007) Ajektifa adalah Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif. Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan. Alwi et al (2003:171) berpendapat bahwa adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan. Harimurti Kridalaksana (1994) uga mngwmukakan bahwa adjektiva atau sering juga disebut sebagai kata sifat adalah katagorisasi yang ditandai oleh kemungkinannya untuk mendampingi nomina. Ada juga menurut Hasan Alwi Dkk bahwa adjektiva adalah kata yang member keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Menurut KKBI adjektiva adalah kata yang menerangkan nomina dan secara umum dapat bergabung dengan lebih dan sangat.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa adjektiva adalah kelas kata yang mengubah nomina atau pronomina, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik.
a.      Dasar Adjektiva Berprefiks pe- 
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar adjektiva. Yaitu, pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan.
1.      Dasar + pe- = pe-dasar
2.      Dasar         me-dasar-kan + pe- = pe-dasar
Pemberian afiks pe- secara langsung dapat terjadi kalau dasar adjektiva itu memiliki komponen makna (+ sikap batin) dan memberi makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’. Misalnya:
Makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’.
Contoh
Pemalu
Wanita itu sangat pemalu saat bertemu banyak orang.
Pemarah
Dia sangat pemarah dan tidak bisa mengontrol emosi.
Pengecut
Dika sangat pengecut karena tidak mempertanggungjawabkan perkataannya.
Pendendam
Orang itu terlihat seperti pendendam dari raut wajahnya
Pemberian prefiks pe-melalui verba berklofiks me-kan dapat terjadi apabila dasar adjektiva itu memiliki komponen makna (+keadaan fisik) dan memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Misalnya:
Makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’.
Contoh
Penjinak
Dia adalah seorang penjinak ular yang sering disebut dengan pawang ular.
Pengering
Tiba-tiba pengering mesin cuciku rusak.
Pemutih
Randi disuruh oleh ibunya untuk membeli pemutih pakaian di warung.
Pendingin
Ibu sedang mengatur suhu pendingin ruangan di kamarnya.
Kedua kata berprefiks pe-dengan dasar adjektiva sesungguhnya berkategori nomina, sebab semuanya dapat diawali adverbial bukan; tetapi tidak semua dapat diawali adverbia agak dan sangat.Bentuk agak pemalu berterima; tetapi agak pemuda dan sangat pembersih tidak berterima.

b.      Dasar Adjektiva Berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar adjektiva memberi maakna gramatikal ‘sama (dasar)’ dengan nomina yang mengikutinya. Contohnya :
maakna gramatikal ‘sama (dasar)’ Adjektiva Berprefiks se-
Contoh
Sepandai A, “sama pandai dengan A”
Roni sepandai Rina dalam hal menggambar.
Secantik B, “sama cantik dengan B”
Reni secantik bidadari meski dia tidak bersolek.
Setinggi C, “sama tinggi dengan C”
Tiang listrik itu setinggi tiang bendera di sana.
Dasar adjektiva dengan prefiks se- bukanlah berkategori adjektiva sebab tidak dapat diawali adverbia agak dan sangat.Bentuk agak sepintar dan sangat sepintar.Tidak berterima.Prefiks se- pada dasar adjektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat dalam satu system penderajatan. Contoh: Setinggi → sama tinggi → tingkat sama. (tinggian) →lebih tinggi → tingkat lebih. (tertinggi) → paling tinggi → tingkat paling

c.       Dasar Adjektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- paa semua dasar adjektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Misalnya:
makna gramatikal ‘paling (dasar)’ Berprefiks ter-
                     Contoh
Tercantik, “paling cantik”
Dian adalah wanita tercantik yang pernah Doni liat.
Terbodoh, “paling bodoh”
Randi adalah laki-laki terbodoh karena lebih mementingkan pacarnya ketibang ibunya sendiri.
Terbesar, “paling besar”
Hotel Sahid merupakan salah satu hotel terbesar yang berada di Yogyakarta.
Prefiks ter- pada dasar ajektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan superlatif dalam suatu sistem penderajatan. Perhatikan : (setinggi) => sama tinggi => tinggi sama.
(tinggian) => lebih tinggi => tinggi lebih. Tertinggi => paling tinggi => tingkat paling (superlatif)

d.      Dasar Adjektiva Berkonfiks ke-an
Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar adjektiva akan memberi makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila adjektiva itu memiliki komponen makna (+warna). Misalnya:
makna gramatikal ‘agak (dasar)’ Adjektiva Berkonfiks ke-an
Contoh
Kehitaman, “agak hitam”
Mobil itu agak sedikit kehitaman berada di bawah lampu jalan.
Kemerahan, “agak merah”
Warna kulit  Sinta agak kemerahan pada saat baru  lahir.
Kebiruan, “agak biru”
Asri menyukai warna kamar yang sedikit kebiruan.
Ada sejumlah makna gramatikal yang dimiliki dasar adjektiva bila diberi konfiks ke-an. Diantaranya adalah:
Bermakna gramatikal ‘terlalu (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ warna), (+ rasa) atau (+ukuran).
Contoh
Kekecilan, “terlalu kecil”
Mobil itu sangat kekecilan karena tidak bisa memuat seluruh anggota keluarganya.
Kekenyangan, “terlalu kenyang”
Saya terlalu kekenyangan setelah memakan makanan yang telah dimasak oleh chef Juna.
Bemakna gramatikal ‘hal (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin). Misalnya:
Contoh
Ketakutan, “hal takut”
Laki-laki itu merasa ketakutan saat berjalan di depan kuburan yang keramat tersebut.
Kesedihan, “hal sedih”
Kesedihan yang saya alami saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan pada saat saya kehilangan seorang ayah.

e.       Dasar Ajektiva Berklofiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi (dasar)” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat batin). Misalnya:
o   Memalukan, “menyebabkan malu”
Contoh dalam kalimat: Tim sepak bola itu sangat memalukan di lapangan saat bertanding melawan PERSIJA.
o   Mengecewakan, “menyebabkan kecewa”
Contoh dalam kalimat: nilai rapor Ana sangat mengecewakan
Dasar ajektiva dengan klofiks me-kan sesungguhnya berkategori ganda, yakni ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek.

f.       Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal “merasa (dasar) pada” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin). Misalnya:
o   Mencintai, “merasa cinta pada”
Contoh dalam kalimat: Kedua pasangan itu saling mencintai.
o   Mengagumi, “merasa kagum pada”
*Contoh dalam kalimat: Saya mengagumi laki-laki yang rajin beribadah itu.
Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba verba dapat diikuti oleh sebuah objek.

g.      Dasar Lain Berkomponen Makna (+ keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia sudah merupakan “barang jadi”. Namun, yang disebut “barang jadi” ini ada yang seratus persen berkategori ajektiva itu memiliki pula komponen makna (+ bendaan) atau (+ tindakan). Misalnya, merah dan kuning memiliki juga komponen makna (+ bendaan), sehingga keduanya bisa disahului negasi bukan dan tidak. Bentu-bentuk bukan merah dan tidak merah sama-sama berterima. Ajektiva marah dan benci juga memiliki komponen makna (+ tindakan).
Sebaliknya nomina untung dan rugi juga memiliki komponen makna (+ keadaan), sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan dan tidak. Jadi, bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung dan tidak rugi sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk turunan beruntung bisa disebut berkategori ajektiva. Kata turunan merugikan bisa disebut berkategori verba juga bisa termasuk ketegori ajektiva.

h.      Pembentukan Ajektiva dengan “Afiks” Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istila (PPI), penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. Jadi, disamping kita menyerap kata standarditition menjadi standardisasi (-ditition disesuaikan menjadi -disasi). Begitupun di samping kita menyerap kata object menjadi objek, kita menyerap kata objektive menjadi objektiv
Ka Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda

Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang berkategori ajektif dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik”,
if,  if misalnya: aktif, pasif, objektif, edukatif,konsultatif, administratif,kolektif, primituf, dan konsumtif.
ik, misalnya: patriotik, akademik, mekanik, pluralistik, kritik, dan heroik.
Ka Kata serapan dari bahasa Arab

Kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik”
-        i, misalnya: rohani, jasmani, islami, abadi, qurani, dan madani.
-     iah, misalnya: islamiah, alamiah, jasmaniah, rohaniah, abadiah, dan quraniah.
Tampaknya “akhiran” unsur serapan, baik Inggris/Belanda maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, buak hanya untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan kategori yang lain. Sejauh ini kata-kata (dari dasar asli Indonesia) yang telah dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi, sukuisme, daerahisme, tendanisasi, dan lelenisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar